DOCTYPE html PUBLIC "-//W3C//DTD XHTML 1.0 Strict//EN" "http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-strict.dtd"> Didi Tarsidi: Counseling, Blindness and Inclusive Education: HAKIKAT SIKAP
  • HOME


  • Guestbook -- Buku Tamu



    Anda adalah pengunjung ke

    Silakan isi Buku Tamu Saya. Terima kasih banyak.
  • Lihat Buku Tamu


  • Comment

    Jika anda ingin meninggalkan pesan atau komentar,
    atau ingin mengajukan pertanyaan yang memerlukan respon saya,
    silakan klik
  • Komentar dan Pertanyaan Anda




  • Contents

    Untuk menampilkan daftar lengkap isi blog ini, silakan klik
  • Contents -- Daftar Isi




  • Izin

    Anda boleh mengutip artikel-artikel di blog ini asalkan anda mencantumkan nama penulisnya dan alamat blog ini sebagai sumber referensi.


    31 May 2008

    HAKIKAT SIKAP

    Diintisarikan dari:
    Krech, D.; Crutchfield, R.S.; & Ballachey, E.L. (1982). Individual in Society.
    Chapter 5: The Nature and Measurement of Attitudes. Berkeley: McGraw-Hill International Book Company.

    Oleh Didi Tarsidi
    Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

    Tindakan sosial individu mencerminkan sikapnya - yaitu sistem evaluasi dan perasaan emosionalnya, baik positif maupun negatif yang relatif permanen, serta kecenderungan tindakan pro dan kontranya, terhadap obyek-obyek sosial.

    Tindakan-tindakan individu sangat ditentukan oleh sikapnya. Sikap dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang relatif permanen yang terdiri dari tiga komponen yang berpusat pada satu obyek, yaitu komponen kognisi, komponen perasaan, dan komponen kecenderungan tindakan (action tendency component).

    Obyek Sikap. Obyek sikap dapat berupa apa saja yang ada bagi individu. Jadi individu memiliki sejumlah besar sikap terhadap berbagai obyek yang terdapat dalam dunia fisik yang mengelilinginya, terhadap obyek-obyek di dalam dunia sosial tempat tinggalnya, dan dia juga memiliki banyak sikap terhadap dirinya sendiri.
    Akan tetapi, jumlah sikap individu itu terbatas. Dia hanya dapat memiliki sikap terhadap obyek-obyek yang ada di dalam dunia psikologisnya. Bahwa kehadiran obyek itu perlu, tetapi kondisi kehadiran saja tidak memadai bagi individu untuk bersikap.

    Komponen-komponen Sikap

    Komponen Kognisi. Komponen kognisi dari suatu sikap terdiri dari keyakinan-keyakinan individu mengenai suatu obyek. Kognisi yang paling penting yang menentukan sikap individu adalah keyakinan evaluatif yang memberi atribusi kualitas terhadap obyek itu, seperti apakah obyek tersebut menguntungkan atau tidak, baik atau buruk. Komponen kognisi ini juga dapat mencakup keyakinan individu tentang cara merespon yang pantas atau tak pantas terhadap obyek. Jadi komponen kognisi dan komponen kecenderungan tindakan dapat berkaitan erat.

    Komponen Perasaan. Komponen perasaan dari satu sikap mengacu pada emosi yang terkait dengan obyek - apakah obyek itu dirasakan menyenangkan atau tida, disukai atau tidak. Bobot emosi inilah yang memberi karakter motivasi kepada sikap.

    Komponen Kecenderungan Tindakan. Komponen kecenderungan tindakan dari suatu sikkap mencakup semua kesiapan perilaku (behavioral readiness) yang terkait dengan sikap. Jika seorang individu memiliki sikap positif terhadap obyek tertentu, dia akan memiliki kecenderungan untuk membantu atau mengganjar atau mendukung obyek itu; jika dia bersikap negatif, dia akan cenderung mencelakai atau menghukum atau menghancurkan obyek tersebut.

    Panduan 14: Sikap memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap tindakan sosial sesuai dengan karakteristik primernya.

    Tidak semua sikap sama dalam struktur sistemiknya. Sikap-sikap berbeda antara satu dengan lainnya dalam sejumlah karakteristik mendasarnya. Bagaimana satu sikap mempengaruhi tindakan sebagian ditentukan oleh pola karakteristiknya. Beberapa dari karakteristik dasar itu berkaitan dengan hakikat komponen-komponen dari sistem sikap itu. Ada juga yang terkait dengan hakikat sistemnya itu sendiri. Dan beberapa terkait dengan hakikat keseluruhan konstelasi sikap-sikap seorang individu.

    Karakteristik Komponen-komponen Sikap.
    Masing-masing dari ketiga komponen sikap itu bervariasi dalam valensi (valence) dan tingkat multipleksitasnya.
    Valensi (Valence). Valensi mengacu pada tingkat kesukaan atau ketidaksukaan terhadap obyek sikap. Valensi merupakan suatu karakteristik yang terdapat dalam ketiga komponen sistem sikap. Komponen kognisi dari sikap individu terhadap suatu obyek dapat berupa persepsi yang sangat positif atau sangat negatif mengenai obyek tersebut. Individu dapat mempersepsi obyek itu sebagai sangat bagus atau sangat jelek. Komponen perasaan juga dapat bervariasi dari valensi yang sangat positif hingga valensi yang sangat negatif; individu dapat sangat mencintai ataupun sangat membenci obyek itu tanpa alasan. Begitu pula halnya dengan komponen kecenderungan tindakan, dapat bervariasi dari kecenderungan untuk sangat melindungi hingga kecenderungan untuk menghancurkan obyek dengan berbagai cara yang memungkinkan.

    Multipleksitas. Masing-masing komponen sikap itu juga dapat bervariasi dalam kompleksitasnya. Ini mengacu pada jumlah atau variasi elemen-elemen atau bagian-bagian yang membentuk suatu komponen.
    Komponen kognisi dapat bervariasi dari pengetahuan yang minimal tentang suatu obyek yang diperlukan untuk mengenalinya dan membedakannya dari obyek-obyek lain (simpleks) hingga sejumlah besar keyakinan mengenai obyek tersebut (multipleks).
    Komponen perasaan dari suatu sikap juga dapat bervariasi dari yang sangat simpleks, di mana individu tidak memiliki perasaan positif ataupun negatif terhadap obyek, hingga yang sangat multipleks di mana individu memiliki berbagai macam perasaan tentang obyek itu. Misalnya, terhadap seorang wanita, seorang laki-laki mungkin memiliki rasa cinta, kemesraan, persahabatan, hormat, dan kesetiaan; tetapi terhadap wanita lain dia sekedar merasa suka saja.
    Kecenderungan tindakan individu terhadap suatu obyek dapat bervariasi dalam tingkat multipleksitasnya, dari kecenderungan untuk melakukan satu tindakan saja hingga kecenderungan untuk melakukan berbagai macam tindakan.

    Karakteristik Konsistensi dalam Sistem Sikap. Konsepsi bahwa sikap merupakan satu sistem yang mempunyai tiga komponen memunculkan pertanyaan tentang sejauh manakah konsistensi hubungan antara komponen-komponen tersebut dalam hal valensi dan tingkat multipleksitasnya. Bukti menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan umum ke arah konsistensi dalam valensi di antara komponen-komponen sikap. Korelasi antara tingkat valensi ketiga komponen tersebut pada umumnya cukup tinggi.

    Saling Keterkaitan (Interkonnectedness) dalam Konstelasi Sikap. Jumlah keseluruhan sikap seorang individu membentuk satu konstelasi sikap. Sebagaimana halnya dengan kognisi yang dapat berbeda-beda dalam tingkat isolasi atau interelasinya dengan kognisi-kognisi lain, begitu pula halnya dengan sikap. Misalnya, seseorang mungkin memiliki sikap menentang yang kuat terhadap pajak pendapatan pribadi tetapi sikap tersebut mungkin tidak terkait erat dengan sikap-sikap lainnya dalam bidang ekonomi. Sebaliknya, individu yang sama mungkin memiliki satu sikap yang terkait erat dengan keseluruhan sikap-sikapnya, yang saling mempengaruhi. Misalnya, sikapnya terhadap gereja Katolik Roma mungkin terkait dengan sikap-sikapnya dalam bidang politik, seni, dll.
    Tidak banyak sikap yang sama sekali berdiri sendiri. Kebanyakan terkelompok dalam satu rumpun dengan sikap-sikap lain. Tingkat keterkaitan semua sikap seorang individu sehingga membentuk satu pola yang komprehensif dan teratur dapat dipandang sebagai satu indikasi tentang tingkat keutuhan kepribadiannya. Tetapi jarang sekali seorang individu mempunyai tingkat kesatuan yang sedemikian tinggi dalam sikap-sikapnya sehingga dapat dikatakan bahwa dia hanya mempunyai satu idiologi atau filsafat hidup.

    Karakteristik Kesejalanan (Consonance) dalam Rumpun Sikap. Rumpun sikap dapat bervariasi dalam tingkat kesejalanan di antara sikap-sikap yang membentuk rumpun itu. Ada rumpun sikap yang tinggi tingkat harmoni internalnya; ada pula rumpun sikap yang tingkat harmoninya rendah. Misalnya, seseorang yang memiliki sikap konsonan akan menyukai Eisenhower dan juga menyukai kebijakan politik luar negeri partai Republik, atau tidak menyukai keduanya. Tetapi individu yang memiliki sikap dissonan akan menyukai Eisenhower tetapi tidak menyukai kebijakan politik luar negeri partai Republik, atau sebaliknya.

    Labels:

    :)

    Anda ingin mencari artikel lain? Silakan isi formulir pencarian di bawah ini. :)
    Google
  • Kembali ke DAFTAR ISI