DOCTYPE html PUBLIC "-//W3C//DTD XHTML 1.0 Strict//EN" "http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-strict.dtd"> Didi Tarsidi: Counseling, Blindness and Inclusive Education: PERUBAHAN SIKAP
  • HOME


  • Guestbook -- Buku Tamu



    Anda adalah pengunjung ke

    Silakan isi Buku Tamu Saya. Terima kasih banyak.
  • Lihat Buku Tamu


  • Comment

    Jika anda ingin meninggalkan pesan atau komentar,
    atau ingin mengajukan pertanyaan yang memerlukan respon saya,
    silakan klik
  • Komentar dan Pertanyaan Anda




  • Contents

    Untuk menampilkan daftar lengkap isi blog ini, silakan klik
  • Contents -- Daftar Isi




  • Izin

    Anda boleh mengutip artikel-artikel di blog ini asalkan anda mencantumkan nama penulisnya dan alamat blog ini sebagai sumber referensi.


    01 June 2008

    PERUBAHAN SIKAP

    Diintisarikan dari:
    Krech, D.; Crutchfield, R.S.; & Ballachey, E.L. (1982). Individual in Society.
    Chapter 7: The Changing of Attitudes. Berkeley: McGraw-Hill International Book Company.

    Oleh Didi Tarsidi
    Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

    Terdapat dua jenis utama perubahan sikap: kongruen dan inkongruen. Perubahan kongruen adalah peningkatan dalam positivitas dari sikap aslinya yang positif atau peningkatan dalam negativitas dari sikap aslinya yang negatif. Perubahan inkongruen adalah berkurangnya positivitas dari sikap aslinya yang positif atau berkurangnya negativitas dari sikap aslinya yang negatif. Pengurangan itu mungkin cukup besar untuk mengubah sama sekali tanda-tanda sikap aslinya, atau mungkin juga tidak cukup besar untuk itu. Arah perubahan itu kongruen dengan tanda sikap yang ada.

    Mudah/sulitnya perubahan sikap tergantung pada karakteristik sistem sikap dan kepribadian serta afiliasi individu dengan berbagai kelompok

    Sikap-sikap, bila telah terbentuk, berbeda dalam modifiabilitasnya (kemudahannya untuk diubah). Faktor-faktor penentu utama dari sikap adalah karakteristik sikap sebelumnya, kepribadian individu, dan afiliasinya dengan berbagai kelompok.
    Karena hal-hal lainnya sama, maka perubahan yang kongruen akan lebih mudah untuk dibentuk daripada perubahan yang inkongruen. Lebih mudahnya perubahan kongruen dibanding perubahan inkongruen adalah karena pengaruh keekstrimannya, multipleksitasnya, konsistensinya, saling keterkaitannya, konsonansinya, dan pengaruh fungsi sikap itu dalam memuaskan keinginan serta kaitannya dengan nilai.
    Modifiabilitas sebagian tergantung pada tingkat inteligensi individu. Di samping itu, individu tertentu mempunyai sifat mudah terbujuk, cenderung mudah terpengaruh oleh segala jenis komunikasi yang persuasif; sedangkan individu lainnya lebih bersifat resisten terhadap komunikasi persuasif. Kebutuhan kognitif dan gaya individu mempengaruhi kesiapannya untuk menerima perubahan.
    Sikap yang mempunyai dukungan sosial yang kuat melalui afiliasi individu dengan kelompok sulit berubah. Jika seorang individu menghargai keanggotaannya dalam kelompok, dia akan cenderung berpegang pada sikap yang dianut oleh kelompoknya demi mempertahankan statusnya.
    ------------------------------

    Perubahan sikap terjadi melalui pendedahan (exposure) terhadap informasi baru, perubahan dalam afiliasi individu dengan kelompok-kelompok, terjadinya perubahan perilaku terhadap obyek, dan melalui prosedur-prosedur yang mengubah kepribadian

    Pembentukan dan perubahan bukan merupakan tahapan yang terpisah-pisah dalam kelangsungan sikap. Kedua hal tersebut merupakan fase-fase yang sinambung dalam pertumbuhannya. Oleh karenanya, prinsip-prinsip pembentukan sikap dan prinsip-prinsip perubahan sikap harus konsisten antara satu dengan lainnya. Kita telah melihat pada Bab 6 bahwa sikap-sikap tertentu dari individu ditentukan oleh informasi yang tersedia baginya, afiliasinya
    dengan berbagai kelompok, dan oleh struktur kepribadiannya. Maka perubahan sikap ini pun ditentukan oleh faktor-faktor tersebut.
    Sebagaimana telah kita lihat, sikap dipergunakan oleh individu dalam membangun dunia yang bermakna, teratur, dan stabil. Oleh karenanya, kita juga dapat berekspektasi bahwa karena informasi baru cenderung mengubah, memperluas, atau mempersempit dunia individu, informasi tersebut akan cenderung terasimilasi ke dalam sikap yang ada. Bila hal itu terjadi, sikap aslinya mengalami perubahan.

    Sikap individu, yang terbentuk pada saat dia berinteraksi dengan individu-individu lain di dalam kelompok-kelompoknya, mencerminkan keyakinan, norma, dan nilai yang dianut oleh kelompok-kelompoknya itu. Bila dia pindah ke kelompok baru dengan sistem keyakinan yang berbeda, norma yang berbeda, dan nilai yang berbeda, sikapnya akan cenderung menunjukkan perubahan yang akomodatif.

    Kadang-kadang memungkinkan untuk mendesak orang untuk mengubah sikapnya dengan memaksanya mengubah perilakunya terhadap obyek. Proses perubahan seperti ini tidak banyak dipahami. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Pertama, individu "dicekoki" dengan informasi baru. Hal ini akan mengoreksi distorsi autistiknya. (lihat halaman 123). Kedua, perubahan yang dipaksakan pada komponen kecenderungan tindakannya dapat mengakibatkan perubahan yang sesuai dalam komponen-komponen lain dari sistem sikapnya melalui pengoperasian prinsip konsistensi (lihat halaman 143). Sejauh mana perubahan yang dipaksakan pada perilaku itu akan menghasilkan perubahan sikap akan sangat dipengaruhi oleh keadaan pemaksaannya dan oleh kepribadian individu yang bersangkutan.

    Kepribadian memainkan peranan yang sangat penting. Sikap menentukan kepribadian dalam berbagai cara. Dan, sebaliknya, kepribadian individu mempengaruhi sikapnya. Saling keterkaitan yang fungsional antara sikap dan kepribadian itu kompleks dan mendalam. Pengubahan sikap dengan mengubah kepribadian merupakan satu pendekatan yang relatif baru dalam masalah pengubahan sikap. ------------------------------

    Arah dan tingkat perubahan sikap yang diakibatkan oleh informasi baru tergantung pada faktor-faktor situasi dan tergantung pada sumber, medium, bentuk, dan isi informasi tersebut

    Kita akan menggunakan istilah "informasi" untuk mencakup semua sumber pengalaman dengan sebuah obyek sikap. Jadi, didefinisikan secara luas, informasi itu mencakup jenis informasi formal yang diberikan oleh lembaga pendidikan dan lembaga propaganda maupun jenis informasi informal yang diperoleh orang dalam bercakap-cakap dengan orang lain tentang suatu obyek sikap ataupun dalam pengalaman langsung orang tersebut dengan obyek itu.

    Apakah informasi baru akan mengubah sikap atau tidak, tergantung pada hakikat situasi komunikasi, karakteristik komunikator, medium komunikasi, dan bentuk serta isi pesan.
    Tiga karakteristik situasi komunikasi yang mempengaruhi keefektifan propagandist adalah: mendengar sendirian versus mendengar berkelompok, komitmen publik versus komitmen pribadi terhadap posisi yang diadvokasikan, dan metode keputusan kelompok versus metode ceramah. Mendengar berkelompok lebih efektif daripada mendengar sendirian jika mayoritas kelompok bersikap positif terhadap posisi komunikator; akan kurang efektif jika mayoritas ditentang. Deklarasi publik tentang penerimaan seseorang terhadap posisi yang diadvokasikan membuat orang itu relatif imun terhadap propaganda tandingan. Metode keputusan kelompok telah didapati lebih efektif dalam mengubah sikap dan tindakan daripada metode ceramah.
    Dalam menentukan efek suatu pesan, siapa yang mengatakan apa sering kali sama pentingnya dengan isi pesan itu sendiri. Agar efektif, propagandist harus dipandang sebagai anggota kelompok yang ingin dipengaruhinya - dia harus dipandang sebagai "orang dalam"; dia juga harus dipandang sebagai terpercaya dan menarik.
    Pesan dari mulut ke mulut lebih ampuh daripada pesan media massa; tetapi media massa memainkan peranan penting dalam proses pengaruh sosial dan perubahan sosial dengan mempengaruhi para pimpinan opini dari mulut ke mulut di masyarakat.

    Isi dan bentuk pesan itu juga penting. Berbagai variabel isi dan bentuk pesan telah diperhadapkan pada studi eksperimental; di antaranya adalah besarnya perubahan yang diadvokasikan, penyajian searah versus penyajian dua arah, penarikan kesimpulan oleh komunikator versus tak menarik kesimpulan, urutan penyajian, dan intensitas ancaman dari oposisi.
    ------------------------------

    Keefektifan afiliasi dengan kelompok baru dalam mempengaruhi perubahan sikap tergantung pada karakteristik kelompok itu dan hakikat keanggotaan individu di dalam kelompok tersebut

    Sikap seorang individu cenderung berubah pada saat dia pindah ke kelompok baru atau mengubah kesetiaan pada kelompoknya. Keefektifan sebuah kelompok dalam menuntun seorang anggota baru untuk mengadopsi "garis kebijakan kelompok", sebagian ditentukan oleh sentralitas norma kelompok yang berkaitan dengan sikap, sejauh mana kebebasan anggota baru itu untuk meninggalkan kelompok tersebut, dan oleh keefektifan kekuasaan pengawasan dari kelompok itu. Jika sebuah kelompok tidak dapat mengawasi anggotanya secara efektif karena sikap menyimpang dapat diungkapkan secara rahasia, maka keadaan pluralistic ignorance dapat berkembang.

    Karakteristik tertentu dari keanggotaan individu itu juga menentukan kekuasaan kelompok untuk memaksanya agar mematuhi norma-norma kelompok. Jika seorang anggota baru merasa tidak aman dalam statusnya, dia akan cenderung mengambil sikap yang disetujui demi memperoleh persetujuan dan meningkatkan statusnya. Tingkat penghargaan individu terhadap keanggotaannya dalam kelompok itu juga akan menentukan kekuasaan kelompok terhadap dirinya. Dan hanya jika anggota baru itu menerima norma kelompok yang menentukan sikap-sikap tertentu sebagai norma yang absah, maka norma itu akan efektif mengatur perilaku anggota tersebut.
    ------------------------------

    Keefektifan perubahan yang dipaksakan terhadap perilaku dalam upaya mengubah sikap tergantung pada keadaan pemaksaan itu dan reaksi individu terhadapnya

    Perubahan yang dipaksakan pada tindakan individu terhadap suatu obyek dapat terjadi dalam dua cara: individu mungkin terpaksa mengadakan kontak intim dengan obyek tersebut karena peraturan perundang-undangan atau karena keadaan; dia mungkin ditekan oleh otoritas, oleh adat-istiadat sosial, atau oleh suatu imbalan atas suatu peranan yang dipegangnya di mana dia mengekspresikan sikap yang bertentangan dengan sikapnya yang sesungguhnya.
    Keefektifan pemaksaan itu dalam menghasilkan perubahan sikap tergantung pada keadaan kontak yang dipaksakan itu dan tergantung pada reaksi individu terhadap otoritas yang memaksanya. Memainkan suatu peran tertentu dapat menghasilkan perubahan sikap jika individu melihat bahwa sikap yang diungkapkannya di depan publik memperoleh dukungan sosial.
    Teori dissonansi kognisi mengatakan bahwa perubahan sikap yang diakibatkan oleh perubahan tindakan yang dipaksakan disebabkan oleh keadaan dissonansi yang tidak nyaman yang timbul bila seorang individu mengatakan atau melakukan sesuatu di depan publik yang berlawanan dengan sikap pribadinya. Satu cara untuk mengurangi keadaan dissonan tersebut adalah dengan mengubah sikap pribadinya itu agar sesuai dengan sikap yang diekspresikannya secara publik. ------------------------------

    Keefektifan teknik-teknik pengubahan kepribadian dalam menghasilkan perubahan sikap tergantung pada ketepatan teknik itu bagi fungsi sikap untuk kepribadian

    Sebagaimana telah kita lihat, sikap yang dipegang oleh individu "dipergunakan" olehnya dalam berbagai hal: sikap itu mungkin membantunya dalam pencarian makna, sikap mungkin merupakan alat untuk memuaskan keinginannya, sikap mungkin membuatnya dapat mempertahankan konsep dirinya.

    Dalam tahun-tahun terakhir ini terdapat minat yang lebih besar untuk menelaah kemungkinan mengubah sikap sosial dengan mengubah kepribadian.

    Kebanggaan diri dan Purbasangka (Pride and Prejudice)
    Dalam serangkaian penelitian, Katz dan koleganya telah meneliti peranan self-insight dan self-defensiveness dalam sikap rasial dan dalam mengubah sikap rasial. Dalam satu penelitian Katz, SamotT, dan McClintock [1956] membandingkan keefektifan factual informa¬tive appeal dan self-insight procedure. Mereka menemukan bahwa sikap negatif terhadap orang Negro tidak terubah secara cukup signifikan oleh factual informative appeal.

    Meskipun kita telah mengakui pentingnya resistensi dalam konteks lain, peranannya mengecil dalam pengubahan sikap. Karena itu, persuasi dan propaganda dapat mempunyai dampak negatif.
    Para peneliti itu menggambarkan self-insight procedure sebagai berikut:
    Dalam bagian pertama dari presentasi ini, kami menggambarkan secara umum dinamika pengkambinghitaman, proyeksi, dan kompensasi dalam kaitannya dengan pengembangan sikap antiminoritas. Kemudian kami menyajikan sejarah kasus seorang mahasiswi untuk mengilustrasikan bagaimana mekanisme pertahanan diri merupakan dasar dari purbasangka etniknya. Materi yang interpretatif ini didapati efektif dalam menghasilkan sikap lebih toleran terhadap orang Negro pada individu yang rendah dan sedang dalam self-defensiveness-nya. Subyek yang tinggi tingkat self-defensiveness-nya tidak berubah secara signifikan. Hal ini diinterpertasikan sebagai disebabkan oleh resistensi: materi tersebut diasumsikannya sebagai terlalu mengancam bagi orang yang tinggi tingkat self-defensive-nya sehingga ditolak. Mereka merasa perlu terus bersikap purbasangka demi mempertahankan kebanggaan dirinya.

    Juga ditemukan bahwa materi self-insight, sebagaimana diprediksi, mempunyai efek yang lebih besar dibanding materi informasional.

    Banyak faktor yang menentukan perubahan sikap ataupun persistensi (bertahannya) sikap. Manusia hidup dalam dunia di mana semua faktor yang mempengaruhi perubahan sikap atau persistensi sikap sama-sama aktif, bekerja bersama-sama atau bersilang arah. Hasil akhirnya - perubahan sikap ataupun persistensi sikap - merupakan produk interaksi yang kompleks antara berbagai faktor penentu. Demi kejelasan pembahasannya, kita telah memperlakukan faktor-faktor penentu tersebut sebagai terpisah antara satu dengan lainnya. Tetapi sesungguhnya terdapat interaksi di antara faktor-faktor tersebut. Orang terekspos pada informasi baru yang dapat mendukung ataupun bertentangan dengan sikap yang ada; tujuan mereka mungkin bervariasi dan bertentangan; kelompok-kelompok di mana individu berafiliasi mungkin menuntut loyalitas yang antagonistik. Perubahan atau persistensi sikap mereka merupakan hasil akhir dari interaksi yang kompleks antara bermacam-macam kekuatan ini, yang sering saling bertentangan.

    Labels:

    :)

    Anda ingin mencari artikel lain? Silakan isi formulir pencarian di bawah ini. :)
    Google
  • Kembali ke DAFTAR ISI